Rabu, 16 Maret 2011

ADEOBE PREMIRE PRO

MODUL 3
ADOBE PREMIERE PRO
Pengenalan aplikasi editor
dan Transisi

Adobe Premiere adalah salah satu software yang popular dan digunakan secara luas dalam pengeditan video.
Adanya kesamaan interface Adobe Premiere dengan Adobe PhotoShop dan Adobe After Effect adalah memberikan kemudahan dalam pemakaiannya, image – image dapat disiapkan dengan adobe photoshop dan efek – efek khusus juga dapat disiapkan dari adobe after effect.
Pengenalan Dasar
Sebelumnya Pastikan bahwa Adobe Premiere Pro sudah terinstall, Sekarang Kita mulai dengan membuka Adobe Premiere Pro Klik Start > Program > Adobe > Adobe Premiere Pro, premiere akan menanyakan kepada kita apakah kita akan membuka file yang telah ada, atau membuat file baru, untuk latihan ini tentu saja kita akan membuat file baru.


3.2
Praktikum Multimedia
Dan selanjutnya muncul windows dengan dengan New Project klik pada tab Custom Setting,
Pada frame General ,kerena kita akan membuat file Video lebih baik kita memilih
- Editing Mode Video for windows,
- Time base 29.97 frame per second,
Pada Frame Video kita isikan
- Frame size 720h : 480v
- Frame rate: 29.97 frames/second
- Pixel Aspect Ratio: D1/DV NTSC (0.9)
Pada Frame Audio kita isikan:
- Sample rate 44100 Hz
- Display Format Audio Sample
Dan apabila akan menyimpan settingan ini kita tekan tombol Save Preset, kita isi kan nama dan description, dan secara otomatis setingan kita akan terlihat pada tab Load Preset, kita simpan File project (ex: Latihan) kita terserah menentukan lokasi file project kita.
Sekarang kita masuk Project latihan

3.3
Praktikum Multimedia
Project windows terdiri dari 3 windows utama:
1. Project windows, merupakan tempat menyimpan file project
2. Monitor windows, merupakan tempat melihat video, yang kita edit di timeline
3. Timeline windows, tempat kita melakukan proses editing
Import File
Untuk melakukan pengeditan suatu video, terlebih dahulu kita meng-impor file kita perlukan, dengan cara klik menu File>Import (Ctrl+I) atau klik kanan pada windows project dan pilih import, di sini kita bisa meng-impor file animasi, video, audio dan image.
Pada project windows kita bisa membuat Bin(seperti folder pada windows explorer). Bin ini memudah kita dalam memanagement file project kita. Pada latihan ini kita akan membuat 3 bin dengan nama bin masing2 Video, animasi audio, dan image.
Cara membuat Bin, klik pada menu File>New>Bin, atau klik kanan pada project windows pilih bin.

Transition
Transisi merupakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain, dalam pengeditan suatu images transisi merupakan perpindahan dari satu images ke images berikutnya.
Kali ini kita akan mencoba untuk memasukkan sebuah image ke dalam areal kerja kita. Tahap awal yang harus kita lakukan adalah “klik folder image kemudian klik File dari Bar lalu klik Import”. Setelah kita klik import kita lihat pada Project Window secara otomatis terdapat file yang kita import.
Untuk meletakkan file yang telah kita import ke dalam TimeLine guna pengeditan, akan kita lakukan dengan cara yang paling mudah dengan teknik DRAG atau DROP

3.4
Praktikum Multimedia
yaitu menarik langsung file yang kita inginkan ke dalam time line, untuk file video dan image kita masukkan ke timeline pada track video sedangkan file audio kita masukkan ke track audio.
Setelah file dimasukkan ke dalam timeline, tampilan gambar yang kita lihat sangat kecil. Untuk memperbesar tampilannya klik Zoom tool yang berada pada toolbox di samping timelime, klik menu windows>Tools.
Sekarang kita memasukkan dua file image kedalam track video 1 atau video 2 dan 3.

Sekarang kita akan mencoba untuk membuat sebuah Transition. Transisi ini berfungsi untuk membuat tiap perubahan video 1 atau video 2 dan 3 atau tiap perpindahan antara scene I dan scene II menjadi halus. Untuk membuka perintah transisi kita buka menu Window lalu klik Effect, dan window effect akan muncul (secara default windows effect ini terdapat pada project windows).


3.5
Praktikum Multimedia
Pada menu ini terdapat banyak pilihan, kalau telah memilih transition yang sesuai dengan keinginan maka kita gunakan teknik DRAG dan DROP lalu letakkan kedalam Timeline diantara video 1 atau video 2 dan 3. (lihat gambar di bawah ini).
Untuk melihat hasil nya tarik pointer sehingga melewati transisi, dan lihat pada monitor windows

KEAMANAN DATA BSE

KEAMANAN SISTEM DATABASE
Keamanan database adalah suatu cara untuk melindungi database dari ancaman, baik
dalam bentuk kesengajaan atau pun bukan.
Ancaman adalah segala situasi atau kejadian baik secara sengaja maupun tidak yang
bersifat merugikan dan mempengaruhi system serta secara konsekuensi terhadap
perusahaan/organisasi yang memiliki system database.
Keamanan database tidak hanya berkenaan dengan data yang ada pada database saja,
tetapi juga meliputi bagian lain dari system database, yang tentunya dapat mempengaruhi
database tersebut. Hal ini berarti keamanan database mencakup perangkat keras,
perangkat lunak, orang dan data.
Agar memiliki suatu keamanan yang efektif dibutuhkan kontrol yang tepat. Seseorang
yang mempunyai hak untuk mengontrol dan mengatur database biasanya disebut
Administrator database. Seorang administratorlah yang memegang peranan penting pada
suatu system database, oleh karena itu administrator harus mempunyai kemampuan dan
pengetahuan yang cukup agar dapat mengatur suatu system databa
Keamanan merupakan suatu proteksi terhadap pengrusakan data dan pemakaian data oleh
pemakai yang tidak punya kewenangan.
System yang aman memastikan kerahasian data yang terdapat didalamnya. Beberapa
aspek keamanan yaitu :
 Mambatasi akses ke data dan servis
 Melakukan autentifikasi pada user
 Memonitor aktivitas-aktivitas yang mencurigakan
Keamanan database dapat dikelompokan sebagai berikut :
 Pencurian dan penipuan.
Pencurian dan penipuan database tidak hanya mempengaruhi lingkungan database
tetapi juga seluruh perusahaan/organisasi. Keadaan ini dilakukan oleh orang,
dimana seseorang ingin melakukan pencurian data atau manipulasi data, seperti
saldo rekening,transaksi,transfer dan lain-lain. Untuk itu fokus harus dilakukan
pada kekuatan system agar menghindari akses oleh orang yang tidak memiliki
kewenangan.
 Hilangnya kerahasiaan dan privasi
Suatu data dapat memiliki nilai kerahasiaan, karena data tersebut merupakan
sumber daya yang strategis pada perusahaan, maka pada kasus ini data tersebut
harus diamankan dengan memberikan hak akses pada orang tertentu saja.
 Hilangnya integritas
Integritas ini berkaitan dengan akurasi dan kebenaran data dalam database, seperti
data korup.Hal ini akan secara serius mempengaruhi perusahaan/organisasi.
 Hilangnya ketersediaan
Hilangnya ketersediaan berarti data, system, keduanya tidak dapat diakses,servis
mati, yang tentunya secara serius sangat mempengaruhi perusahaan/organisasi.
Saat ini banyak perusahaan yang membutuhkan kemampuan system yang aktif 7
x 24 , 7 hari 1 minggu.
Berdasarkan pengelompokan tersebut, tentunya banyak aspek yang harus kita perhatikan
demi terciptanya keamanan database. Bisa saja seseorang mencuri computer kita yang
berisi data penting, mungkin juga karyawan yang diberi hak untuk mengakses data
melakukan kejahatan dengan menjual informasi tersebut pada pihak lain demi
kepentingan pribadi.Hal-hal tersebut memang termasuk kendala keamanan database yang
harus mendapat perhatian, tetapi seorang administrator tidak dapat mengawasi kelemahan
tersebut. Seorang administrator hanya fokus pada sistem database itu sendiri, dan hal
inilah yang akan kita bicarakan.
Tentunya perkembangan teknologi mengharuskan suatu perusahaan untuk
mengimplementasikan system database yang bukan hanya aman tetapi juga mudah
diakses dan handal, menyala 7x24 jam, 7 hari 1 minggu tanpaoff.
Penyebaran informasi secara global sangat menguntungkan semua pihak. Dengan adanya
internet, komunikasi antar cabang, perusahaan, konsumen dan sebagainya semakin
mudah. Pemberian informasi mengenai perusahaan kepada masyarakat melalui internet
merupakan salah satu strategi komunikasi, marketing, public relation perusahaan
tersebut,adanya transaksi on line yang meningkatkan gaya hidup masyarakat dan lainlain.
Semua itu tidak terlepas dari suatu perkembangan system database dan tentunya
membuat keamanan menjadi rentan.
Sangatlah mudah dalam suatu lingkungan database diciptakan suasana yang menakutkan,
tanpa kepastian dan keraguan. Sebagai seorang administrator sangat perlu memperhatikan
kondisi tersebut. Tentukan resiko yang sebenarnya dan selidiki apa yang dapat dilakukan
terhadap kondisi itu. Sebenarnya kebanyakan database terkonfigurasi dalam keadaan
yang mudah ditembus, akan tetapi hal ini bukan berarti database tidak dapat dibuat aman
sebagaimana mestinya.
Acaman terhadap database
Serangan terhadap database
Secara garis besar keamanan database dikategorikan sbb:
 KeamananServer
Perlindungan Server adalah suatu proses pembatasan akses yang sebenarnya pada
database dalam server itu sendiri. Menurut Blake Wiedman ini adalah suatu sisi
keamanan yang sangat penting dan harus direncanakan secara hati-hati. Ide
dasarnya adalah kita tidak dapat mengakses apa yang kita tidak dapat lihat, atau
apakah kita ingin database server kita dapat dilihat diseluruh dunia? Database kita
bukanlah suatu web server,koneksi yang tidak dikenali tidak diijinkan.
 Trusted Ip Access
Setiap server harus dapat mengkonfigurasikan alamat ip yang diperbolehkan
mengakses dirinya. Kita tidak mengijinkan semua orang dapat mengakses server
kita sebagaimana kita tidak mengijinkan orang lain memasuki rumah kita tanpa
ijin. Jika server melayani suatu web server maka hanya alamat web server itu saja
yang dapat mengakses server database tersebut.Jika server database melayani
jaringan internal maka hanya alamat jaringanlah yang boleh menghubungi server.
Sangat perlu diperhatikan bahwa jangan pernah menggabungkan server database
web dengan server database informasi internal perusahaan anda, ini adalah suatu
mental yang buruk untuk seorang admin.
Gambar 1.
Trusted Ip Accessmerupakan server database terbatas yang hanya akan memberi respon
pada Ip yang dikenali saja.
 Koneksi Database
Saat ini semakin banyaknya aplikasi dinamis menjadi sangat menggoda untuk
melakukan akses yang cepat bahkan update yang langsung tanpa authentifikasi.
Jangan pernah berpikir demikian, ini hanya untuk seorang pemalas.Jika kita ingin
mengijinkan pemakai dapat mengubah database melalui web page, pastikan anda
memvalidasi semua masukan untuk memastikan bahwa inputan benar, terjamin
dan aman.Sebagai contoh, pastikan anda menghilangkan semua code SQL agar
tidak dapat dimasukan oleh user.Jika anda seorang admin yang membutuhkan
koneksi ODBC,pastikan koneksi yang digunakan unik.
 Kontrol Akses Tabel
Kontrol akses table ini adalah salah satu bentuk keamanan database yang sering
diabaikan,karena cukup sulit penerapannya. Penggunaan control akses table yang
benar dibutuhkan kolaborasi antara system administrator dengan pengembang
database. Hal inilah yang sulit dilakukan. Pemberian ijin user untuk mengakses
informasi dapat membuat informasi terbuka kepada public. Jika seorang user
mengakses informasi apakah akan dilihat menggunakan session yang sama? Atau
jika table digunakan sebagai referensi system mengapa ia diberikan ijin selain hak
membaca saja.
Perangkat keras
Kebakaran, banjir, bom,
pencurian, listrik, gempa,
radiasi, kesalahan mekanisme
keamanan
DBMS dan Program
Aplikasi
Kesalahan mekanisme
keamanan
Akses yang terlalu luas
Pencurian program
Kesalahan program
Jaringan
Komunikasi
Kabel yang
tidak terkoneksi,
radiasi
Database
Aturan / amandemen
yang tidak diotorisasi,
penduplikatan data,
pencurian data,
kehilangan data akibat
gangguan listrik
Pengguna Akhir
 Menggunakan hak
akses orang lain.
 Melihat & menutup
data yang tidak
diotorisasi
 Staf tidak di-training
 Pemasukan data
yang dilakukan oleh
yang tidak berhak.
 Virus
 pemerasan
Programmer /
Operator
 Membuat Password.
 Membuat program
yang tidak aman
 Staf yang tidak ditraining.
 Kebijakan
keamanan &
prosedur
 Pemogokan staf
Database
Administrator
 Kebijakan
keamanan &
prosedur
Penyalahgunaan Database :
1. Tidak disengaja, jenisnya :
a. kerusakan selama proses transaksi
b. anomali yang disebabkan oleh akses database yang konkuren
c. anomali yang disebabkan oleh pendistribuasian data pada beberapa komputer
d. logika error yang mengancam kemampuan transaksi untuk mempertahankan
konsistensi database.
2. Disengaja, jenisnya :
a. Pengambilan data / pembacaan data oleh pihak yang tidak berwenang.
b. Pengubahan data oleh pihak yang tidak berwenang.
c. Penghapusan data oleh pihak yang tidak berwenang.
Tingkatan Pada Keamanan Database :
1. Fisikal  lokasi-lokasi dimana terdapat sistem komputer haruslah aman secara
fisik terhadap serangan perusak.
2. Manusia  wewenang pemakai harus dilakukan dengan berhati-hati untuk
mengurangi kemungkinan adanya manipulasi oleh pemakai yang berwenang
3. Sistem Operasi  Kelemahan pada SO ini memungkinkan pengaksesan data oleh
pihak tak berwenang, karena hampir seluruh jaringan sistem database
menggunakan akses jarak jauh.
4. Sistem Database  Pengaturan hak pemakai yang baik.
Keamanan Data :
1. Otorisasi :
 Pemberian Wewenang atau hak istimewa (priviledge) untuk mengakses sistem
atau obyek database
 Kendali otorisasi (=kontrol akses) dapat dibangun pada perangkat lunak dengan 2
fungsi :
 Mengendalikan sistem atau obyek yang dapat diakses
 Mengendalikan bagaimana pengguna menggunakannya
 Sistem administrasi yang bertanggungjawab untuk memberikan hak akses dengan
membuat account pengguna.
2. Tabel View :
 Merupakan metode pembatasan bagi pengguna untuk mendapatkan model
database yang sesuai dengan kebutuhan perorangan. Metode ini dapat
menyembunyikan data yang tidak digunakan atau tidak perlu dilihat oleh
pengguna.
Remote Client
ENKRIPSI
FIREWALL
In-Secure
Eksternal
Network
ENKRIPSI
Server DBMS
Otorisasi
Dan Akses
Local Client
Database
Secure
Internal
Network
(Intranet)
 Contoh pada Database relasional, untuk pengamanan dilakukan beberapa level :
1. Relasi  pengguna diperbolehkan atau tidak diperbolehkan mengakses
langsung suatu relasi
2. View  pengguna diperbolehkan atau tidak diperbolehkan mengakses
data yang terapat pada view
3. Read Authorization  pengguna diperbolehkan membaca data, tetapi
tidak dapat memodifikasi.
4. Insert Authorization  pengguna diperbolehkan menambah data baru,
tetapi tidak dapat memodifikasi data yang sudah ada.
5. Update Authorization  pengguna diperbolehkan memodifikasi data,
tetapi tidak dapat menghapus data.
6. Delete Authorization  pengguna diperbolehkan menghapus data.
 Untuk Modifikasi data terdapat otorisasi tambahan :
1. Index Authorization  pengguna diperbolehkan membuat dan menghapus
index data.
2. Resource Authorization  pengguna diperbolehkan membuat relasi-relasi
baru.
3. Alteration Authorization  pengguna diperbolehkan
menambah/menghapus atribut suatu relasi.
4. Drop Authorization  pengguna diperbolehkan menghapus relasi yang
sudah ada.
 Contoh perintah menggunakan SQL :
GRANT : memberikan wewenang kepada pemakai
Syntax : GRANT <priviledge list> ON <nama relasi/view> TO <pemakai>
Contoh :
GRANT SELECT ON S TO BUDI
GRANT SELECT,UPDATE (STATUS,KOTA) ON S TO ALI,BUDI
REVOKE : mencabut wewenang yang dimiliki oleh pemakai
Syntax : REVOKE <priviledge list> ON <nama relasi/view> FROM <pemakai>
Contoh :
REVOKE SELECT ON S TO BUDI
REVOKE SELECT,UPDATE (STATUS,KOTA) ON S TO ALI,BUDI
Priviledge list : READ, INSERT, DROP, DELETE, INEX, ALTERATION,
RESOURCE
3. Backup data dan recovery :
Backup : proses secara periodik untuk mebuat duplikat ari database dan melakukan
logging file (atau program) ke media penyimpanan eksternal.
Jurnaling : proses menyimpan dan mengatur log file dari semua perubahan yang dibuat di
database untuk proses recovery yang efektif jika terjadi kesalahan.
Isi Jurnal :
 Record transaksi
1. Identifikasi dari record
2. Tipe record jurnal (transaksi start, insert, update, delete, abort, commit)
3. Item data sebelum perubahan (operasi update dan delete)
4. Item data setelah perubahan (operasi insert dan update)
5. Informasi manajemen jurnal (misal : pointer sebelum dan record jurnal
selanjutnya untuk semua transaksi
 Record checkpoint : suatu informasi pada jurnal untuk memulihkan database dari
kegagalan, kalau sekedar redo, akan sulit penyimpanan sejauh mana jurnal untuk
mencarinya kembali, maka untuk membatasi pencarian menggunakan teknik ini.
Recovery : merupakan upaya uantuk mengembalikan basis data ke keadaaan yang
dianggap benar setelah terjadinya suatu kegagalan.
3. Jenis Pemulihan :
1. Pemulihan terhadap kegagalan transaksi : Kesatuan prosedur alam program yang
dapat mengubah / memperbarui data pada sejumlah tabel.
2. Pemulihan terhadap kegagalan media : Pemulihan karena kegagalan media
dengan cara mengambil atau memuat kembali salinan basis data (backup)
3. Pemulihan terhadap kegagalan sistem : Karena gangguan sistem, hang, listrik
terputus alirannya.
Fasilitas pemulihan pada DBMS :
1. Mekanisme backup secara periodik
2. fasilitas logging dengan membuat track pada tempatnya saat transaksi
berlangsung dan pada saat database berubah.
3. fasilitas checkpoint, melakukan update database yang terbaru.
4. manager pemulihan, memperbolehkan sistem untuk menyimpan ulang database
menjadi lebih konsisten setelah terjadinya kesalahan.
Teknik Pemulihan :
1. defered upate / perubahan yang ditunda : perubahan pada DB tidak akan
berlangsung sampai transaksi ada pada poin disetujui (COMMIT). Jika terjadi
kegagalan maka tidak akan terjadi perubahan, tetapi diperlukan operasi redo
untuk mencegah akibat dari kegagalan tersebut.
2. Immediate Upadate / perubahan langsung : perubahan pada DB akan segera
tanpa harus menunggu sebuah transaksi tersebut disetujui. Jika terjadi kegagalan
diperlukan operasi UNDO untuk melihat apakah ada transaksi yang telah disetujui
sebelum terjadi kegagalan.
3. Shadow Paging : menggunakan page bayangan imana paa prosesnya terdiri dari
2 tabel yang sama, yang satu menjadi tabel transaksi dan yang lain digunakan
sebagai cadangan. Ketika transaksi mulai berlangsung kedua tabel ini sama dan
selama berlangsung tabel transaksi yang menyimpan semua perubahan ke
database, tabel bayangan akan digunakan jika terjadi kesalahan. Keuntungannya
adalah tidak membutuhkan REDO atau UNDO, kelemahannya membuat
terjadinya fragmentasi.
4. Kesatuan data dan Enkripsi :
Enkripsi : keamanan data
 Integritas :metode pemeriksaan dan validasi data (metode integrity constrain),
yaitu berisi aturan-aturan atau batasan-batasan untuk tujuan terlaksananya
integritas data.
 Konkuren : mekanisme untuk menjamin bahwa transaksi yang konkuren pada
database multi user tidak saling menganggu operasinya masing-masing. Adanya
penjadwalan proses yang akurat (time stamping).
Fasilitas Keamanan Database
Keamanan database tersedia pada versi Educator ke atas. Keamanan database diatur oleh
Properti Database. Berikut ini adalah properti database yang digunakan untuk keamanan
database BOCSoft eQuestion.
Properti Keterangan
1. Publikasi Apakah database dipublikasikan? Database yang telah
dipublikasikan tidak bisa dipublikasikan ulang.
Proses publikasi adalah mempublikasikan database untuk
konsumsi publik. Proses ini meliputi pengaturan properti
lain: Proteksi; Hanya Baca; Dapat Dibaca eQuestion
Lain; dan Dapat Diimpor.
2. Proteksi Jika database diproteksi, setiap menggunakan database,
pengguna akan dimintai password/kata kunci sebagai
pengaman database. Password ditentukan oleh pembuat
database.
3. Hanya Baca
(Read-Only)
Data dalam database yang "Hanya Baca" tidak bisa
ditambah, diedit, atau dihapus.
4. Dapat Dibaca
eQuestion Lain
Jika properti ini diset "Tidak" maka database hanya bisa
dibaca oleh BOCSoft eReader dan tidak bisa dibaca oleh
BOCSoft eQuestion lain.
5. Dapat Diimpor Jika properti ini diset "Ya" maka data dari database
eQuestion bisa digabungkan dengan database eQuestion
lain dengan versi yang sama.
Tingkatan Pada Keamanan Database
1. Fisikal ; lokasi-lokasi dimana terdapat sistem komputer haruslah aman secara fisik
terhadap serangan perusak.
2. Manusia ; wewenang pemakai harus dilakukan dengan berhati-hati untuk mengurangi
kemungkinan adanya manipulasi oleh pemakai yang berwenang
3. Sistem Operasi ; Kelemahan pada SO ini memungkinkan pengaksesan data oleh
pihak tak berwenang, karena hampir seluruh jaringan sistem database menggunakan
akses jarak jauh.
4. Sistem Database ; Pengaturan hak pemakai yang baik.
Enkripsi Untuk Keamanan Database
Salah satu hal yang penting dalam komunikasi menggunakan computer untuk menjamin
kerahasian data adalah enkripsi. Enkripsi dalah sebuah proses yang melakukan perubahan
sebuah kode dari yang bisa dimengerti menjadi sebuah kode yang tidak bisa dimengerti
(tidak terbaca). Enkripsi dapat diartikan sebagai kode atau chiper. Sebuah sistem
pengkodean menggunakan suatu table atau kamus yang telah didefinisikan untuk
mengganti kata dari informasi atau yang merupakan bagian dari informasi yang dikirim.
Sebuah chiper menggunakan suatu algoritma yang dapat mengkodekan semua aliran data
(stream) bit dari sebuah pesan menjadi cryptogram yang tidak dimengerti (unitelligible).
Karena teknik cipher merupakan suatu sistem yang telah siap untuk di automasi, maka
teknik ini digunakan dalam sistem keamanan komputer dan network.
Pada bagian selanjutnya kita akan membahas berbagai macam teknik enkripsi yang biasa
digunakan dalam sistem security dari sistem komputer dan network.
A. Enkripsi Konvensional.
Proses enkripsi ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Plain teks -> Algoritma Enkripsi -> Cipher teks ->Algoritma Dekrispsi -> Plain teks
User A | | User B
|———————-Kunci (Key) ——————–|
Gambar 1
Informasi asal yang dapat di mengerti di simbolkan oleh Plain teks, yang kemudian oleh
algoritma Enkripsi diterjemahkan menjadi informasi yang tidak dapat untuk dimengerti
yang disimbolkan dengan cipher teks. Proses enkripsi terdiri dari dua yaitu algoritma dan
kunci. Kunci biasanya merupakan suatu string bit yang pendek yang mengontrol
algoritma. Algoritma enkripsi akan menghasilkan hasil yang berbeda tergantung pada
kunci yang digunakan. Mengubah kunci dari enkripsi akan mengubah output dari
algortima enkripsi.
Sekali cipher teks telah dihasilkan, kemudian ditransmisikan. Pada bagian penerima
selanjutnya cipher teks yang diterima diubah kembali ke plain teks dengan algoritma dan
dan kunci yang sama.
Keamanan dari enkripsi konvensional bergantung pada beberapa factor. Pertama
algoritma enkripsi harus cukup kuat sehingga menjadikan sangat sulit untuk mendekripsi
cipher teks dengan dasar cipher teks tersebut. Lebih jauh dari itu keamanan dari algoritma
enkripsi konvensional bergantung pada kerahasian dari kuncinya bukan algoritmanya.
Yaitu dengan asumsi bahwa adalah sangat tidak praktis untuk mendekripsikan informasi
dengan dasar cipher teks dan pengetahuan tentang algoritma diskripsi / enkripsi. Atau
dengan kata lain, kita tidak perlu menjaga kerahasiaan dari algoritma tetapi cukup dengan
kerahasiaan kuncinya.
Manfaat dari konvensional enkripsi algoritma adalah kemudahan dalam penggunaan
secara luas. Dengan kenyataan bahwa algoritma ini tidak perlu dijaga kerahasiaannya
dengan maksud bahwa pembuat dapat dan mampu membuat suatu implementasi dalam
bentuk chip dengan harga yang murah. Chips ini dapat tersedia secara luas dan
disediakan pula untuk beberapa jenis produk. Dengan penggunaan dari enkripsi
konvensional, prinsip keamanan adalah menjadi menjaga keamanan dari kunci.
Model enkripsi yang digunakan secara luas adalah model yang didasarkan pada data
encrytion standard (DES), yang diambil oleh Biro standart nasional US pada tahun 1977.
Untuk DES data di enkripsi dalam 64 bit block dengan menggunakan 56 bit kunci.
Dengan menggunakan kunci ini, 64 data input diubah dengan suatu urutan dari metode
menjadi 64 bit output. Proses yang yang sama dengan kunci yang sama digunakan untuk
mengubah kembali enkripsi.
B. Enkripsi Public-Key
Salah satu yang menjadi kesulitan utama dari enkripsi konvensional adalah perlunya
untuk mendistribusikan kunci yang digunakan dalam keadaan aman. Sebuah cara yang
tepat telah diketemukan untuk mengatasi kelemahan ini dengan suatu model enkripsi
yang secara mengejutkan tidak memerlukan sebuah kunci untuk didistribusikan. Metode
ini dikenal dengan nama enkripsi public-key dan pertama kali diperkenalkan pada tahun
1976.
Plain teks -> Algoritma Enkripsi -> Cipher teks -> Algoritma Dekrispsi -> Plain teks
User A | | User B
Private Key B —-|
|———————-Kunci (Key) ——————–|
Gambar 2
Algoritma tersebut seperti yang digambarkan pada gambar diatas. Untuk enkripsi
konvensional, kunci yang digunakan pada prosen enkripsi dan dekripsi adalah sama.
Tetapi ini bukanlah kondisi sesungguhnya yang diperlukan. Namun adalah dimungkinkan
untuk membangun suatu algoritma yang menggunakan satu kunci untuk enkripsi dan
pasangannya, kunci yang berbeda, untuk dekripsi. Lebih jauh lagi adalah mungkin untuk
menciptakan suatu algoritma yang mana pengetahuan tentang algoritma enkripsi
ditambah kunci enkripsi tidak cukup untuk menentukan kunci dekrispi. Sehingga teknik
berikut ini akan dapat dilakukan :
1. Masing – masing dari sistem dalam network akan menciptakan sepasang kunci yang
digunakan untuk enkripsi dan dekripsi dari informasi yang diterima.
2. Masing – masing dari sistem akan menerbitkan kunci enkripsinya ( public key )
dengan memasang dalam register umum atau file, sedang pasangannya tetap dijaga
sebagai kunci pribadi ( private key ).
3. Jika A ingin mengisim pesan kepada B, maka A akan mengenkripsi pesannya dengan
kunci publik dari B.
4. Ketika B menerima pesan dari A maka B akan menggunakan kunci privatenya untuk
mendeskripsi pesan dari A.
Seperti yang kita lihat, public-key memecahkan masalah pendistribusian karena tidak
diperlukan suatu kunci untuk didistribusikan. Semua partisipan mempunyai akses ke
kunci publik ( public key ) dan kunci pribadi dihasilkan secara lokal oleh setiap partisipan
sehingga tidak perlu untuk didistribusikan. Selama sistem mengontrol masing – masing
private key dengan baik maka komunikasi menjadi komunikasi yang aman. Setiap sistem
mengubah private key pasangannya public key akan menggantikan public key yang lama.
Yang menjadi kelemahan dari metode enkripsi publik key adalah jika dibandingkan
dengan metode enkripsi konvensional algoritma enkripsi ini mempunyai algoritma yang
lebih komplek. Sehingga untuk perbandingan ukuran dan harga dari hardware, metode
publik key akan menghasilkan performance yang lebih rendah. Tabel berikut ini akan
memperlihatkan berbagai aspek penting dari enkripsi konvensional dan public key.
 Enkripsi Konvensional
Yang dibutuhkan untuk bekerja :
1. Algoritma yang sama dengan kunci yang sama dapat digunakan untuk proses
dekripsi–enkripsi. Pengirim dan penerima harus membagi algoritma dan kunci yang
sama.
Yang dibutuhkan untuk keamanan :
1. Kunci harus dirahasiakan.
2. Adalah tidak mungkin atau sangat tidak praktis untuk menerjemahkan informasi
yang telah dienkripsi.
3. Pengetahuan tentang algoritma dan sample dari kata yang terenkripsi tidak
mencukupi untu menentukan kunc.
 Enkripsi Public Key
Yang dibutuhkan untuk bekerja :
1. Algoritma yang digunakan untuk enkripsi dan dekripsi dengan sepasang kunci,
satu untuk enkripsi satu untuk dekripsi.
2. Pengirim dan penerima harus mempunyai sepasang kunci yang cocok.
Yang dibutuhkan untuk keamanan :
1. Salah satu dari kunci harus dirahasiakan.
2. Adalah tidak mungkin atau sangat tidak praktis untuk menerjemahkan informasi
yang telah dienkripsi.
3. Pengetahuan tentang algoritma dan sample dari kata yang terenkripsi tidak
mencukupi untu menentukan kunci.

resiko pengamanan dan pengendalian aplikasi


ARSITEKTUR DAN PROTOTIPE KEAMANAN DATABASE MULTILEVEL
Pendahuluan
Database multilevel merupakan sistem yang kompleks. Dalam database multilevel terdapat relasi-relasi. Relasi-relasi ini mengikuti aturan-aturan tertentu. Multilevel yang melekat pada database disini menunjukkan bahwa database memiliki level-level yang membedakan satu obyek database dengan obyek database lainnya. Level-level ini diperlukan untuk menentukan subyek yang boleh mengaksesnya.
Untuk menjamin akses database multilevel oleh subyek-subyek yang berhak diperlukan mekanisme keamanan tertentu. Banyak penelitian telah dilakukan dan menghasilkan arsitektur-arsitektur dan prototipe-prototipe keamanan database multilevel yang unik.
Arsitektur Keamanan Database Multilevel
Arsitektur keamanan database multilevel dapat dibagi ke dalam dua jenis utama. Jenis pertama adalah arsitektur yang menggunakan trusted computing base (TCB) eksternal untuk mengendalikan akses obyek database. Jenis ini disebut juga sebagai arsitektur kernelized, Hinke-Schaefer, atau TCB subset DBMS (Database Management System). Arsitektur ini berbeda dari arsitektur-arsitektur yang mendelegasikan mandatory access control (MAC) kepada sistem manajemen database internal. Jenis kedua ini disebut juga sebagai arsitektur trusted subject DBMS.
Setiap database memiliki sekumpulan aturan sensitivitas data yang mengatur relasi antar data. Dalam pendekatan Hinke-Schaefer relasi ini didekomposisikan ke dalam fragmen-fragmen single-level atau system-high. Keamanan sistem manajemen database multilevel (Multilevel Secure Database Management System atau MLS DBMS) menyimpan fragmen-fragmen ini secara fisik ke dalam obyek single-level (sebagai contohnya, file-file, segmen-segmen, atau perangkat-perangkat keras yang terpisah). MLS DBMS memaksakan mandatory access control (MAC) pada setiap permintaan untuk mengakses obyek single-level atau sistem-high ini.
Pendekatan yang kedua menggunakan trusted network untuk pemisahan perijinan selain mengandalkan pada sistem operasi multilevel. Variasi ini juga mendekomposisikan database multilevel ke dalam fragmen-fragmen system-high. Tetapi dalam kasus ini DBMS mereplikasi data tingkat rendah dibawah fragmen-fragmen yang lebih tinggi tingkatannya. Pada jaringan multilevel MLS DBMS memisahkan data secara fisik dengan mendistribusikannya ke host sistem DMBS yang lainnya. Prototipe Unisys Secure Distributed DBMS (SD-DBMS) menggunakan pendekatan ini dan digunakan dalam proyek riset NRL Trusted DBMS (TDBMS).
Pendekatan TCB subset DBMS
Arsitektur ini pertama kali didokumentasikan oleh Thomas Hinke dan Marvin Schaever di System Development Corporation. DBMS ini dirancang untuk sistem operasi Multics dengan tujuan agar sistem operasi tersebut menyediakan semua kendali akses. Rancangan ini mendekomposisikan database multilevel ke dalam beberapa atribut dan kolom single-level dengan atribut-atribut yang memiliki sensitivitas yang sama tersimpan
bersama pada segmen-segmen sistem operasi single-level. Sebagai contohnya, untuk memenuhi permintaan request, proses DBMS diselenggarakan pada level user yang mengoperasikannya. Karena adanya aturan mandatory access control (MAC) dari sistem operasi, DBMS hanya memiliki akses yang sama levelnya atau dibawahnya. Kemudian DBMS menggabungkan elemen-elemen dari relasi yang sama untuk merekonstruksi tuple yang dikembalikan ke user.
Pendekatan Hinke-Schaefer memiliki dua karakteristik utama, yaitu:
1. DBMS multilevel sebenarnya merupakan sekumpulan DBMS single-level yang bekerja secara bersamaan
2. Database multilevel dapat didekomposisikan ke dalam sekumpulan database single-level atau system-high, dan masing-masing merupakan bagian dari database multilevel secara konseptual
Ada dua variasi dari arsitektur ini: tersentralisasi, dan terdistribusi. Pada pendekatan tersentralisasi tiap-tiap DMBS single-level adalah proses-proses terpisah yang berjalan pada suatu trusted operating system, dan database multilevel didekomposisikan ke dalam fragmen-fragmen single-level yang masing-masing disimpan di dalam obyek sistem operasi single-level (sebagai contohnya, file-file atau segmen-segmen). Sementara DBMS memungkinkan untuk dipercaya melakukan beberapa fungsi kendali akses, trusted operating system dapat memaksakan aturan kendali akses secara penuh kepada semua akses yang dilakukan DBMS terhadap obyek-obyek DBMS. Gambar 1 mengilustrasikan pendekatan ini.
Pada arsitektur ini user tidak beroperasi dalam mode multilevel tetapi pada level sesi yang terselenggara dengan trusted operating system. Setiap user berinteraksi dengan
DBMS pada tingkat sesi user, dan banyak DBMS yang berlainan berjalan pada tingkat-tingkat sensitivitas yang berlainan pula boleh beroperasi pada saat yang bersamaan.


Gambar 1. Arsitektur TCB subset
Ada dua prototipe yang dikembangkan menggunakan konsep Hinke-Schaefer, yaitu SeaView DBMS dan LDV DBMS.
Secure Distributed Data Views (SeaView) DBMS
Dalam pendekatan SeaView sebuah relasi multilevel didekomposisikan ke dalam relasi-relasi single-level yang didasarkan pada penamaan tingkat elemen (elemen-level labelling). Setiap tuple (catatan) didekomposisikan dan disimpan ke dalam fragmen-fragmen single-level tertentu. Fragmen-fragmen dengan jenis relasi dan level yang sama
dimasukkan ke dalam segmen sistem operasi yang sama. Jika ada request user, DBMS menggabungkan fragmen-fragmen single-level pada level yang sama atau yang dibawah level sesi user dan mengembalikan tuple sesuai dengan kriteria yang diinginkan user. Karena setiap user berinteraksi dengan proses DBMS single-level, DBMS tidak mengetahui data-data yang berada di atas levelnya.
Arsitektur SeaView didasarkan pada satu pendekatan yang disebut sebagai TCB subsets. Pendekatan ini secara hirarkis membuat lapisan-lapisan komponen software. Oracle adalah salah satu contoh database yang menggunakan pendekatan ini. Gambar 2 dan 3 memperlihatkan lapisan-lapisan pada arsitektur SeaView.
Gambar 2. Arsitektur SeaView
Gambar 3. Arsitektur SeaView
Lock Data Views (LDV) DBMS
Rancangan LDV didasarkan pada kontrol akses dan type enforcement khusus dari sistem operasi LOCK (Logical Coprocessing Kernel). Sebagai tambahan terhadap mandatory access control (MAC) yang didasarkan pada level sensitivitas dan discretionary access control (DAC) yang didasarkan pada daftar kendali akses (access control lists), LOCK juga melakukan kendali akses didasarkan pada domain (atau tugas). LOCK menyelenggarakan sebuah domain dan tabel jenis yang disebut sebagai Domain
Definition Table (DDT). Dalam tabel ini domain-domain diiriskan dengan jenis-jenis data. Pada bagian irisan access priviledges direkam (sebagai contoh, read, write, execute). DDT adalah mekanisme yang digunakan untuk mengeset rangkaian-rangkaian translasi obyek yang benar yang disebut juga sebagai pipelines. Pipelines ini digunakan untuk mengisolasi jalur-jalur eksekusi kepada sistem. Jadi, LDV DBMS merupakan sekumpulan pipelines yang mempunyai tanggung jawab terhadap manipulasi data multilevel. Tiga jenis pipelines utama dalam LDV adalah response pipeline, update pipeline, dan metadata pipeline. Response pipeline memproses permintaan untuk mengambil data. Update pipeline mengatur semua permintaan untuk mengubah database, termasuk operasi insert, update, dan delete. Metadata pipeline menangani semua perintah administrator untuk memanipulasi database metadata.
Mirip dengan pendekatan TCB subset, LDV berada diatas sistem operasi LOCK, dan database multilevel disimpan sebagai sekumpulan obyek-obyek single-level yang diproteksi oleh sistem operasi LOCK. Gambar 4 dan 5 mengilustrasikan arsitektur LDV.

Gambar 4. Arsitektur LDV


Gambar 5. Arsitektur LDV
Arsitektur Terdistribusi dengan Replikasi Data secara Penuh
Arsitektur ini menggunakan distribusi secara fisik dari database multilevel untuk mendapatkan mandatory separation dan kendali akses yang kuat. Arsitektur ini menggunakan banyak pengolah database back-end untuk memisahkan database ke dalam
fragmen-fragmen sistem-high. Pengolah front-end menjadi media semua akses user kepada database multilevel dan kepada pengolah database back-end single-level.
Pengolah front-end bertanggung jawab untuk mengarahkan queries ke pengolah database yang benar, memastikan tidak ada arus informasi yang salah, menjaga konsistensi data antara fragmen-fragmen database yang direplikasi, dan memberikan respon query pada user yang tepat. Sebagai tambahan pengolah front-end juga bertanggung jawab terhadap identifikasi dan otentifikasi user, dan proses audit.


Gambar 6. Arsitektur Terdistribusi dengan Replikasi Data secara Penuh
Arsitektur Terdistribusi dengan Replikasi Data secara Variabel
Berbeda dengan arsitektur sebelumnya, arsitektur ini membolehkan data untuk didistribusikan dan direplikasikan menurut kebutuhan penggunaan aktual. Pendekatan ini digunakan dalam proyek Unisys Secure Distributed DBMS (SD-DBMS).
Pendekatan arsitektural yang diambil untuk mendapatkan trusted operation adalah dengan mendistribusikan relasi-relasi multilevel ke dalam fragmen-fragmen single-level dan memasukkan semua fragmen single-level ini banyak pengolah DBMS back-end. Gambar 7 mengilustrasikan arsitektur SD-DBMS yang disederhanakan menjadi dua level keamanan: high dan low. Arsitektur ini terdiri dari tiga jenis komponen: user front end (UFE), trusted front end (TFE), dan interkoneksi.
Perangkat UFE disini adalah dapat berupa workstation yang menjalankan mode single-level atau trusted workstation yang menjalankan mode multilevel di dalam suatu jangkauan tingkat-tingkat keamanan tertentu. UFE digunakan sebagai tempat aplikasi yang menyediakan antarmuka antara end user dan TFE.
Komponen TFE mengendalikan eksekusi semua perintah DBMS dan berlaku sebagai monitor referensensi untuk akses database. TFE terdiri dari fungsi-fungsi trusted dan untrusted yang dibangun pada sistem operasi yang trusted dan high-assurance. Banyak host DBMS back-end berhubungan dengan TFE. Setiap host DBMS back-end beroperasi dalam mode system high pada kelas akses dalam jangkauan kelas akses TFE. Semua DBMS back-end ini memasukkan data pada kelas akses tertentu dan merespon request yang dibangkitkan oleh TFE.


Gambar 7. Arsitektur Terdistribusi dengan Replikasi Data secara Variabel
Integrity-lock DBMS
Arsitektur integrity-lock, seperti yang diperlihatkan dalam gambar 6, terdiri dari tiga komponen: proses front-end untrusted, proses trusted filter, dan proses data manager untrusted. Proses front-end untrusted berinteraksi dengan end user. Proses ini
bertanggung jawab untuk melakukan query parsing dan memproses respon yang akan dikirimkan kepada end user. Proses trusted filter bertanggung jawab untuk melakukan enkripsi dan dekripsi obyek-obyek dan label-labelnya, melakukan identifikasi data-data yang dikembalikan oleh proses data management, dan melakukan downgrading obyek-obyek yang dikembalikan kepada end user. Misalkan disini obyek database merupakan sekumpulan tuple. Dalam kasus ini trusted filter akan membangkitkan cryptographic checksum dengan melakukan proses enkripsi kepada setiap tuple dan label sensitivitas dari tiap tuple, sehingga tuple terkunci. Residu proses enkripsi dikaitkan dengan tuple sebagai checksumnya. Database multilevel disimpan dibawah proses data management.
Ketika end user melakukan operasi seleksi terhadap database, trusted filter akan mengarahkan data manager untuk mengambil semua tuple sesuai dengan kriteria seleksi. Tuple ini dikembalikan ke trusted filter. Trusted filter memeriksa label sensitivitasnya dan membuang tuple yangt tidak lolos pengecekan mandatory access policy. Lalu proses ini memeriksa kembali apakah checksumnya benar. Tuple yang lolos dikembalikan ke end user yang melakukan operasi seleksi ini.


Gambar 8. Arsitektur Integrity-Lock
Trusted Subject-Monolithic DBMS
Pendekatan berdasarkan kernel-kernel trusted operating system untuk melakukan access control enforcement mengorbankan beberapa fungsionalitas DBMS untuk mendapatkan mandatory assurance yang lebih tinggi. Dengan perkecualian pada sistem
database Oracle yang menggunakan pendekatan TCB subset, semua produk DBMS yang dijual atau dibangun saat ini mengandalkan kepada sistem database itu sendiri untuk mengatur kendali akses terhadap obyek database.
Dengan pendekatan ini software DBMS berjalan di atas trusted operating system. Sistem operasi menyediakan isolasi kode DBMS dan mengendalikan akses terhadap database sehingga setiap akses terhadap database harus melewati trusted DBMS. DBMS menyimpan database multilevel dalam satu atau lebih file. DBMS mengkaitkan suatu label sensitivitas dengan setiap tuple. Label ini diperlakukan sebagai atribut relasi, meskipub dalam kenyataannya label itu merupakan atribut virtual yang tidak perlu dimasukkan.


Gambar 9. Arsitektur Trusted Subject-Monolithic
Prototipe Keamanan Database Multilevel
Ada tiga macam prototipe yang dibahas disini, yaitu: SeaView, LVD, dan ASD (Advance Secure DBMS). Tetapi yang akan dibahas berikut ini adalah prototipe ASD karena dua prototipe lainnya sudah dibahas sebelumnya.
Advance Secure DBMS (ASD)
Arsitektur ASD dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: arsitektur internal dan arsitektur network. Arsitektur ini dapat dilihat pada gambar 10.
Arsitektur Internal ASD
Berbeda dengan SeaView dan LDV, ASD mengambil pendekatan yang memuat mandatory access control (MAC) dan discretionary access control (DAC) dalam aturan arsitektur internalnya. Aturan ini disebut juga sebagai ASD TCB (Trusted Computing Base). Sementara arsitektur SeaView dan LDV secara umum mengandalkan sistem operasinya untuk memuat MAC, dan DBMS internal untuk memuat DAC.
Meskipun ASD TCB berjalan sebagai proses dibawah kendali TCB dari sistem operasi, tetapi ini tidak dapat dikatakan bahwa ASD TCB berada di dalam TCB dari sistem operasi. ASD TCB tidak berbagi domain proteksi dengan sistem operasi.
Seperti juga DBMS lainnya, ASD terdiri dari trusted code dan untrusted code. Untrusted code melakukan operasi-operasi DBMS yang tidak relevan dengan keamanan. Kode ini berjalan pada kelas akses dari proses yang dijalankan oleh user.
TCB dari sistem operasi memproteksi ASD TCB dari proses-proses lain yang berjalan dalam sistem operasi. TCB ini juga menjamin bahwa tidak ada proses yang dapat mengakses data DBMS kecuali melewati ASD TCB.
Secara konseptual semua tuple berada dalam satu file sistem operasi. File ini dikategorikan pada bagian terbawah dari tuple yang ada di dalam file. Setiap tuple yang dimasukkan ke file ini mengandung klasifikasi yang ditentukan oleh ASD TCB berdasarkan tingkat keamanannya.
Karena file data ASD berisi tuple yang diberi label dengan klasifikasi yang berlainan, file ini harus diproteksi dari modifikasi oleh proses-proses untrusted yang mungkin saja memiliki klasifikasi yang sama dengan file data ASD. Pendekatan yang digunakan ASD adalah dengan menggunakan sistem operasi yang mendukung aturan intergritas Biba. Aturan ini menentukan label-label integritas kepada subyek dan obyek. Label-label ini adalah analogi label-label keamanan yang berkaitan dengan pengklasifikasian. Dengan berlakunya aturan integritas ini suatu subyek dapat menulis ke suatu obyek yang diproteksi hanya jika tingkat integritas dari subyek mendominasi tingkat integritas dari obyek. Untuk memproteksi data ASD obyek sistem operasi yang berisi data tersebut diberikan label DBMS integrity compartment. Label ini membatasi akses tulis ke obyek tersebut hanya kepada subyek yang memiliki DBMS integrity compartment yang lebih dominan. Karena hanya ASD TCB yang memiliki integrity compartment ini, tidak ada subyek lain yang dapat menulis secara langsung ke dalam obyek sistem operasi yang berisi data ASD. Tentunya, subyek-subyek lain dapat menggunakan fasilitas-fasilitas ASD TCB untuk memasukkan data tuple ke dalam obyek, tetapi hanya dibawah kendali ASD TCB.
Arsitektur Network ASD
ASD diimplementasikan sebagai trusted server, seperti yang ada pada gambar 7. Dibawah pendekatan ini, ASD beroperasi pada nodenya sendiri dalam network. ASD node melayani node-node lainnya yang mirip single-level tetapi beroperasi pada klasifikasi-klasifikasi keamanan yang berbeda. ASD menyediakan multilevel engine yang
memberikan fasilitas sharing antar level. Node top secret dapat mengambil data dari ASD trusted server yang memiliki data dikategorikan sebagai node unclassified.


Gambar 10. Arsitektur ASD
Penyediaan akses network perlu mempertimbangkan protokol network yang aman. Protokol network yang didukung oleh ASD server adalah TCP, IP, dan SLIP
(Serial Line IP). SLIP memperbolehkan protokol TCP/IP digunakan pada kabel serial, seperti kabel telepon. Ini membolehkan ASD untuk digunakan dalam lingkungan taktis.
Karena software protokol network secara aktual menangani data, software ini akan menjadi relevan terhadap keamanan jika secara kongkuren atau sekuensial software menangani data yang digolongkan pada banyak kelas akses. Sebagai contohnya, pesan top secret dikirimkan ke node top secret, kemudian pesan unclassified dikirimkan ke node unclassified. Kebocoran data dapat terjadi karena software ini. Tentu saja hal ini melanggar mandatory security policy.
Solusi yang diambil terhadap masalah ini adalah dengan menggunakan protokol network secara terpisah untuk tiap tingkat keamanan. Sesuai dengan konsep ini jika suatu host memiliki dua port serial, setiap port serial dikaitkan dengan software network protokol yang terpisah, dan port-port serial ini berhubungan dengan node yang beroperasi pada kelas akses yang berbeda, maka kebocoran data dapat dihilangkan.
Penutup
Berbagai arsitektur dan prototipe telah dikembangkan untuk memenuhi kriteria keamanan database multilvel yang memadai. Masing-masing memiliki konsep-konsep pendekatan yang unik. Dari berbagai arsitektur yang ada pendekatan trusted subject masih mendominasi produk-produk database saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
• Notargiacomo, LouAnna. Architectures for MLS Database Management Systems.
• Hinke, Thomas H. Multilevel Secure Database Management Prototypes.
• Jajodia, Sushil. Toward a Multilevel Secure Relational Data Model.
DAFTAR ISTILAH
• relations : data yang tersimpan dalam tabel-tabel
• attributes : sejumlah kolom yang dimiliki relation
• tuples : sejumlah baris yang dimiliki relation pada suatu waktu
• mandatory access control : kendali akses yang mengatur kewajiban subyek agar subyek dapat mengakses obyek tertentu
• dicretionary access control : kendali akses yang menentukan kebebasan yang dimiliki subyek terhadap obyek tertentu
• integrity : hal yang memaksakan kondisi-kondisi tertentu terhadap relasi-relasi
• security : hal yang memaksakan pemisahan antar data
• multilevel engine : penggerak multilevel

GLOBAL PASSWORD UNTUK KEMUDAHAN DI DALAM PENGGUNAAN, PENGONTROLAN, DAN KEAMANAN SISTEM

1. PENDAHULUAN
Dalam sebuah sistem, lingkungan luar
(environments) memperngaruhi operasi sistem, dan
dapat bersifat merugikan atau menguntungkan
sistem tersebut. Kemanan eksternal, keamanan
internal, serta keamanan interface pemakai
merupakan tiga macam keamanan sistem yang dapat
digunakan [Miss09]. Keamanan dalam sebuah
sistem menjadi hal yang penting mengingat sistem
informasi menyediakan informasi yang dibutuhkan
oleh organisasi [Jogi00].
Aspek keamanan yang kerap diperhatikan adalah
dalam hal interface pemakai, yakni berkaitan dengan
identifikasi user sebelum user diijinkan mengakses
program dan data yang disimpan. Salah satu
komponen utamanya adalah authentication. Tipe
authentication yang paling banyak dipakai adalah
knowledge based authentication, yakni melalui
penggunaan password atau PIN [Chan09].
2. PERMASALAHAN
Pada sistem informasi yang menerapkan
authentication menggunakan passsword, setiap user
melakukan log in ke dalam sistem dengan
mengetikkan username dan password, yang idealnya
hanya diketahui oleh sistem dan user yang
bersangkutan


 Gambar 1. User melakukan log in
ke dalam sebuah sistem
Proses di atas sepintas tidak memiliki masalah.
Hal ini karena user tersebut hanya melakukan akses
terhadap satu sistem saja.
Namun, kondisi berbeda akan terasa jika user
barada pada lingkungan dimana terdapat lebih dari
satu sistem. Apabila setiap sistem memiliki proses
authentication sendiri-sendiri, maka dapat
menimbulkan ketidaknyamanan dari sisi user yang
memiliki banyak akun. Hal tersebut dapat
menyulitkan, sebab setiap kali user mengakses
sistem berbeda, maka ia harus mengetikkan
password tersebut satu per satu untuk masingmasing
sistem. Keadaan akan menjadi lebih sulit
apabila untuk tiap sistem, user tersebut memiliki
username dan password yang berbeda-beda.

Gambar 2. User melakukan log in
ke dalam lebih dari satu sistem
Proses log in merupakan saat dimana sistem
diyakinkan bahwa user yang sedang berusaha
mengakses adalah benar-benar berhak. Sistem
informasi berbasis web biasanya menyimpan data
perihal username dan password tersebut pada
sebuah tabel di dalam database. Karena itu, sistem
akan memeriksa ke dalam database apakah
username dan password yang dimasukkan tersebut
sesuai atau tidak.





 Gambar 3. Sebuah sistem memeriksa
username dan password user pada database
Di dalam manajemen sistem informasi,
biasanya terdapat administrator yang bertanggung
jawab perihal authentication. Administrator harus
dapat meyakinkan bahwa data authentication untuk
masing-masing user pada sistem tersebut selalu
update. Apabila terdapat perubahan user maupun
perubahan password, administrator harus siap
meng-update data pada database sistem yang
bersangkutan.
Kondisi seperti ini akan menjadi rumit bagi
lingkungan dengan sistem yang majemuk, yakni
apabila tiap sistem memiliki database password
masing-masing. Kesulitan terletak pada sinkronisasi
data authentication user antara satu sistem dengan
sistem lainnya. Terutama apabila terdapat seorang
user yang memiliki akun di lebih dari satu sistem.



 Gambar 4. Tiap sistem memeriksa username dan
password user pada databasenya masing-masing
Pada kondisi ini, apabila suatu ketika user
tersebut berniat melakukan perubahan password
pada seluruh akunnya, maka administrator harus
siap melakukan update perihal data password user
tersebut pada masing-masing database sistem.
Administrator juga harus dapat mengetahui pada
sistem mana saja user tersebut memiliki akun.
Keadaan seperti ini tentu akan menyulitkan
administrator dalam upayanya untuk menjaga agar
data authentication user selalu update.
3. LITERATURE REVIEW
1. Penelitian yang dilakukan oleh Markus Volkmer
dari Hamburg University of Technology
Institute for Computer Technology Hamburg,
Germany yang berjudul Entity Authentication
and Authenticated Key Exchange with Tree
Parity Machines (TPMS). Penelitian ini
diusulkan sebagai satu konsep alternatif untuk
mengamankan kunci symmetric. Menambahkan
secara langsung metode-metode untuk
mengakses ke banyak sistem dengan
menggunakan TPMS. Menggunakan TPMS
dapat mencegah satu Man-In-The-Middle
serangan [4].
2. Penelitian yang dilakukan oleh Shirley Gaw dan
Edward W. Felten yang berjudul Password
Management Strategies for Online Accounts.
Penelitian ini membahas menganai keamanan
kata sandi yang telah dikembangkan menjadi
suatu uraian untuk menerapkan password
management strategies secara online yang
difokuskan pada rekening secara online.
Terdapat satu gap antara bagaimana teknologi
bisa membantu dan apakah sekarang telah
disediakan metode seperti itu. Metode yang
memungkinkan adalah dengan login aktual
untuk menghindari pencurian identitas dan
mendemonstrasikan para pemakai untuk tidak
menggunakan pembukuan ke dalam situs-situs
web [5].
3. Penelitian yang dilakukan oleh Whitfield Diffie
yang berjudul Authentication and Authenticated
Key Exchanges membahas mengenai dua
bagian untuk menambahkan password sebagai
titik pertukaran dengan menggunakan teknik
asimetris yang sederhana. Tujuan satu protokol
untuk berkomunikasi lebih dari satu sistem
dengan jaminan tingkat keamanan yang tinggi.
Keamanan password yang mendasar adalah
dengan tidak adanya titik pertukaran yang saling
berhubungan. Authentication and key
exchanges harus berhubungan, karena bisa
memungkinkan seseorang mengambil alih satu
pihak dalam kunci pertukaran [6].
4. Penelitian yang dilakukan oleh Pierangela
Samarati (Computer Science Technology) &
Sushil Jajodia (Center for Secure Information
System) berjudul Data Security. Perkembangan
teknologi komputer yang semakin cepat,
canggih dan berkemampuan tinggi meliputi:
kapasitas memori yang semakin besar, proses
data yang semakin cepat dan fungsi yang sangat
majemuk (multi fungsi) serta semakin
mudahnya komputer dioperasikan melalui
beberapa paket program, berdampak pula pada
proses pengamanan data. Dari hasil referensireferensi
dari beberapa penelitian dan pustaka,
terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan
sebagai wujud dari proses pengamanan data,
diantaranya, yaitu: Identifikasi dan Otentifikasi,
Akses Kontrol, Audit, Encryption. Langkahlangkah
tersebut diambil untuk memelihara
Confidentiality / Privacy, Integritas dan
Availability (Ketersediaan) dari data tersebut.
Implementasi mengenai penelitian tersebut
dapat dilihat dalam beberapa contoh proses
pengamanan data untuk suatu aplikasi.
Penelitian tersebut juga menginformasikan
mengenai pengenalan berbagai macam alat-alat
pengamanan data. Contoh: teknik kriptografi
sebagai pengamanan password. Sesuai dengan
kemajuan teknologi informasi saat ini,
penelitian tersebut seharusnya juga dapat
mengatur bagaimana cara pengamanan data
pada Internet [7].
5. Penelitian yang dilakukan oleh Chang-Tsun Li
yang berjudul Digital Watermarking Schemes
for Multimedia Authentication dari Department
of Computer Science University of Warwick
Coventry CV4 7AL UK. Penelitian ini
membahas mengenai Watermarking Digital
Schemes untuk Multimedia. Kekuatan digital
Multimedia dapat memproses perangkat untuk
duplikasi dan manipulasi sempurna yang dapat
meningkatkan pemalsuan dan penyamaran. Hal
ini menjadi perhatian utama di era globalisasi
sekarang ini. Pentingnya pengesahan dan
verifikasi isi menjadi lebih nyata serta akut.
Tradisional digital dengan tandatangan
merupakan keterangan yang kurang tepat karena
dapat menimbulkan terjadinya pemalsuan.
Pendekatan untuk pengesahan data dalam media
digital. Teknik pengesahan data untuk media
digital dibagi menjadi dua kategori yaitu teknik
memberi keterangan mendasar dan teknik
memberi cap air-mendasarkan. Perbedaan
utama dari dua kategori teknik ini adalah bahwa
dalam pengesahan memberi keterangan
mendasar, dan data pengesahan atau
tandatangan [8].
6. Penelitian yang dilakukan oleh T. Mark A.
Lomas dan Roger Needham yang berjudul
Strengthening Passwords. Penelitian ini
membahas metoda untuk memperkuat kata
sandi/password. Metoda ini tidak memerlukan
para pemakai untuk menghafal atau mencatat
kata sandi lama, dan tidak perlu
mempergunakan perangkat keras. Kata sandi
Tradisional masih basis paling umum untuk
pengesahan pemakai, para pemakai sering
mempunyai kata sandi lemah, karena kata sandi
kuat akan sulit untuk ingat. Kata sandi
memperkuat satu perluasan dari mekanisme
kata sandi tradisional. Teknik metode ini adalah
untuk mudah menerapkan dalam perangkat
lunak dan secara konseptual sederhana [9].
7. Penelitian yang dilakukan oleh Benny Pinkas
dan Tomas Sander yang berjudul Securing
Passwords Against Dictionary Attacks.
Penelitian ini membahas mengenai penggunaan
kata sandi adalah suatu titik utama dari sifat
mudah sensitif dalam keamanan komputer. Dari
perspektif dapat memberi bantuan untuk
memecahkan masalah ini dengan menyediakan
yang diperlukan di dalam batasan dunia nyata
seperti infrastruktur perangkat keras dan
perangkat lunak yang tersedia. Mudah untuk
menerapkan dan mengatasi sebagian dari
berbagai kesulitan metode yang diusulkan
sebelumnya, dari meningkatkan keamanan
skema pengesahan pemakai. Skema diusulkan
juga menyediakan lebih baik perlindungan
melawan dari serangan layanan rekening
pemakai [10].
8. Penelitian yang dilakukan oleh Taekyoung
Kwon yang berjudul Authentication and Key
Agreement via Memorable Password membahas
mengenai satu protokol baru yang disebut
Agreement Memorable Password (AMP). AMP
dirancang untuk memperkuat kata sandi dan
untuk peka terhadap serangan kamus. AMP
dapat digunakan untuk meningkatkan keamanan
dalam mendistribusikan lingkungan. Sebagian
besar metode yang digunakan secara luas
berhubungan dengan beberapa keuntungankeuntungan
seperti kesederhanaan,
kenyamanan, kemampuan beradaptasi,
mobilitas, dan lebih sedikit persyaratan
perangkat keras. Itu memerlukan para pemakai
hanya untuk ingat dengan satu kata sandi. Oleh
karena itu, metode ini mengijinkan para
pemakai untuk berpindah dengan nyaman tanpa
membawa tanda perangkat keras [11].
4. PEMECAHAN MASALAH
Untuk mengatasi permasalahan seperti yang
telah dijelaskan di atas, dapat dilakukan melalui
penerapan metode Global Password. Berikut
merupakan 6 ciri khas dari Global Password yang
diterapkan pada proses authentication dalam sistem
informasi:
1. Masing-masing user hanya memiliki satu buah
username dan password
2. Username dan password user untuk masingmasing
sistem adalah sama
3. User hanya cukup melakukan log in satu kali
untuk dapat masuk ke lebih dari satu sistem
4. Data authentication user untuk seluruh sistem
disimpan dalam satu database yang sama
5. Terdapat level otorisasi
6. Penyesuaian session user pada masing-masing
sistem
7. Data password user yang tersimpan pada
database telah dienkripsi
Masalah ketidaknyamanan user dalam hal
penginputan username dan password yang berulangulang
diatasi dengan cara penyederhanaan proses
authentication. Berdasarkan ciri Global Password
pada poin nomor 3 (tiga), seorang user hanya cukup
melakukannya satu kali, yakni pada saat user
tersebut melakukan log in awal ke dalam sistem.
Setelah user melakukan log in di awal, dan ia
dinyatakan berhak, maka user yang bersangkutan
dapat langsung masuk ke beberapa sistem yang
diinginkan tanpa harus menginputkan username dan
password lagi. Dengan catatan, user tersebut
memang memiliki akun pada sistem-sistem yang
akan ia akses.






Gambar 5. User hanya cukup log in satu kali
di awal
Hal ini dapat dilakukan berkaitan dengan dua
ciri Global Password lainnya, yaitu pada poin
nomor 1 (satu) dan 2 (dua). Untuk satu orang user,
hanya diberikan sebuah username dan password,
yang mana dapat digunakan untuk seluruh sistem
sekaligus. Adanya penyeragaman username dan
password inilah yang memungkinkan untuk
dilakukannya komunikasi antar sistem dalam hal
verifikasi data. Agar user dapat berpindah dari satu
sistem ke sistem lain tanpa melakukan log in, maka
pada tiap sistem juga harus dapat membaca session
satu sama lain dan menyesuaikannya pada sistem
masing-masing. Kondisi ini sesuai dengan ciri
Global Password pada poin nomor 6 (enam)
Untuk memudahkan administrator di dalam
melakukan pengendalian data authentication user,
dilakukan dengan cara penyimpanan data perihal
username dan password pada satu tempat yang
sama. Sesuai dengan ciri Global Password pada
poin nomor 4 (empat), data tersebut disimpan dalam
sebuah tabel di dalam database tunggal yang
digunakan secara bersama-sama oleh seluruh sistem
yang terkait.

Gambar 6. Data username dan password user
untuk masing-masing sistem
tersimpan dalam satu database yang sama
Kondisi ini akan memudahkan administrator di
dalam melakukan pengendalian data authentication
user, karena ia tidak harus melakukan update di
beberapa database sistem yang berbeda untuk satu
user yang sama.
Di samping itu, pada ciri Global Password
poin nomor 5 (lima), metode ini juga mendukung
diterapkannya level otorisasi user. Di dalam tabel
penyimpanan username dan password, dapat
dibedakan level otorisasi masing-masing user
berdasarkan klasifikasi data yang tersimpan, sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan organisasi.
Dari segi keamanan, Global Password juga
dilengkapi oleh proses enkripsi. Sesuai karakteristik
Global Password point nomor 7 (tujuh), bahwa
password masing-masing user yang tersimpan sudah
dalam bentuk enkripsi, sehingga tidak mudah
diketahui secara kasat mata oleh orang lain.
5. IMPLEMENTASI
Authentication menggunakan metode Global
Password sudah diimplementasikan pada Perguruan
Tinggi Raharja, yakni pada sistem informasi SIS
OJRS (Online JRS). Students Information Services,
atau yang biasa disingkat SIS, merupakan sistem
yang dikembangkan oleh Perguruan Tinggi Raharja
untuk tujuan sebagai sistem pelayanan informasi
mahasiswa yang optimal [Untu07]. Pengembangan
SIS juga merupakan akses publikasi bagi Perguruan
Tinggi Raharja di bidang ilmu komputer dan dunia
IT khususnya [Untu07].
SIS sudah dikembangkan ke dalam beberapa
versi, dimana masing-masing merupakan kelanjutan
dari SIS versi sebelumnya. SIS OJRS (Online
Jadwal Rencana Studi) merupakan versi SIS yang
ke-4. Sesuai namanya, SIS OJRS dibuat untuk
kebutuhan perkuliahan mahasiswa, yaitu untukmenyiapkan JRS (Jadwal Rencana Studi) dan KRS
(Kartu Rencana Studi) mahasiswa.
Pada SIS OJRS terdapat subsistem-subsistem
lainnya, yakni ADM RPU, ADM Dosen, Akademik,
GO, Pool Registrasi, Assignment, dan Data Mining.
Masing-masing subsistem tersebut berhubungan
dengan satu atau lebih bagian di Perguruan Tinggi
Raharja. Karena itulah, untuk memudahkan user
dalam mengakses atau berpindah antar subsistem
diterapkan konsep Global Password. Sebab, tidak
jarang user mempunyai akun di lebih dari satu
subsistem dan harus berpindah dari subsistem satu
ke subsistem lainnya.


 Gambar 7. Halaman log in awal untuk
authentication pada SIS OJRS
Gambar di atas merupakan tampilan layar
ketika user pertama kali akan masuk dan mengakses
SIS OJRS. Pada halaman tersebut, user harus
mengetikkan username dan password untuk
authentication. Sistem kemudian akan memeriksa
data authentication tersebut. Apabila dinyatakan sah,
maka user dapat langsung mengakses subsistemsubsistem
yang ada di dalam SIS OJRS tersebut
tanpa perlu mengetikkan username dan password
lagi, tentu saja sesuai dengan level otorisasi yang
diberikan kepada user yang bersangkutan.
SIS OJRS yang diimplementasikan pada
Perguruan Tinggi Raharja menggunakan database
SQL Server. Di dalam database server tersebut,
selain database-database yang digunakan oleh
sistem, juga disediakan sebuah database khusus
sebagai master untuk menyimpan seluruh data
username dan password user. Database tersebut
terintegrasi dengan seluruh sistem lainnya, termasuk
dengan versi-versi SIS sebelumnya.
Pada database inilah dibuat tabel-tabel yang
dibutuhkan berkenaan dengan proses authentication.
Terdapat dua macam tabel yang harus disiapkan,
yaitu: tabel yang berisi data authentication, dan tabel
keterangan level otorisasi.

Gambar 8. Struktur tabel Tbl_Password
Tabel di atas merupakan tabel utama yang
merupakan tempat penyimpanan data yang
diperlukan untuk authentication. Field-field yang
dibutuhkan disesuaikan dengan sistem yang ada.
Field Nama, Username, Password, Jabatan, dan
IP_Address merupakan field yang menjelaskan data
diri user. Sedangkan field-field berikutnya berfungsi
sebagai level otorisasi saat user masuk ke masingmasing
subsistem.
Isi daripada field password haruslah dalam
bentuk yang sudah dienkripsi. Hal ini diterapkan
agar password tidak mudah ditebak oleh orang lain,
mengingat pada metode ini satu password dapat
digunakan untuk masuk ke banyak sistem sekaligus.
Adapun bentuk enkripsi yang dimaksud dapat
bermacam-macam, disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi. Dapat hanya berupa angka saja, atau
gabungan dari angka, huruf, dan karakter lain.
Khusus untuk field seperti OJRS_All,
OJRS_RPU, OJRS_ADM_Dosen dan sebagainya,
dibuat dengan tipe data smallint. Hal ini karena isi
daripada field-field tersebut hanya berupa angka.
Nilai untuk masing-masing angka tersebut
mewakili level otorisasi yang diberikan terhadap
user yang bersangkutan.



Gambar 9. Isi tabel Tbl_Password
Untuk menjelaskan nilai angka yang dimaksud,
maka dibutuhkan tabel-tabel lainnya, yang berfungsi
sebagai keterangan untuk setiap field pada tabel
utama.
 Gambar 10. Struktur tabel Tbl_OJRS_RPU
Isi daripada tabel-tabel tersebut menjelaskan
arti dari setiap angka yang dimasukkan pada tabel
utama, yakni menyangkut level otorisasi user.
Apakah user hanya bisa membaca (read) sistem,
melakukan perubahan terhadap data yang tersimpan
(update), atau tidak memiliki hak sama sekali (null).

Gambar 11. Isi tabel Tbl_OJRS_RPU
6. KESIMPULAN
Authentication merupakan salah satu bagian
penting pada keamanan sistem. Akan menjadi
optimal apabila juga memperhatikan kondisi
lingkungan dan kebutuhan, baik user maupun
administrator. Global Password merupakan konsep
baru yang mengakomodir kebutuhan user akan
kenyamanan dalam mengakses sistem informasi,
khususnya pada lingkungan dengan kondisi sistem
yang majemuk. Dari sisi administrator, juga akan
menjadi lebih mudah dalam hal pengendalian data
authentication untuk masing-masing sistem. Di
samping itu, Global Password tetap menjaga
kerahasiaan data di dalam sistem untuk tujuan awal,
yaitu keamanan sistem informasi.

Senin, 14 Maret 2011

CARA BOBOL PASSWORD HOTSPOT

Cara bobol password hotspot

Seperti kita ketahui, HotSPOT atau tempat akses internet Wireless dengan standard 802.11b/g sudah bukan barang asing lagi ditelinga kita, dan bila kita berpergian di tempat publik seperti Mall, Cafe, hotel dan kantor, dengan mudahnya kita menemukan fasilitas tersebut.
Namun sangat disayangkan tidak semua penyedia layanan menawarkan fasilitas Internet Wireless dengan gratis, atau kalaupun gratis, sangatlah terbatas.
Salah satu proteksi yang digunakan penyedia layanan wireless
adalah dengan membatasi akses internet berdasarkan MAC Address.
Apa itu MAC Adress ?
In computer networking a Media Access Control address (MAC address) or Ethernet Hardware Address (EHA) or hardware address or adapter address is a quasi-unique identifier attached to most network adapters (NICs).
Oke jadi kesimpulannya MAC Address adalah nomer unik yang membedakan setiap perangkat jaringan yang terpasang dikomputer kita.
Contoh kasus adalah
HotSPOT di Food Court
Plasa
Semanggi.
Pada HotSPOT FoodCourt Plasa Semanggi , sang penyedia layanan Internet Wireless, membatasi penggunaan Internet gratis hanya selama 3 Jam, setelah itu anda tidak dapat mengakses internet lagi, dan baru akan dapat mengakses lagi di hari esok. Jenis proteksi yang digunakan adalah MAC Address Filtering.
Bagaimana menjebol Proteksi dengan MAC Address ?
Ada sebuah tools yang sangat bermanfaat untuk anda.Tools itu bernama K-MAC.Anda dapat mendownloadnya disini : http://indoupload.net/files/8318/k-mac.zip
Dengan tools ini anda akan dapat mengubah MAC-Address anda secara instant dan apa artinya ? Anda dapat menjebol Proteksi MAC Address ! Setiap jatah akses internet anda habis dalam waktu 3 jam, yang anda perlu lakukan hanyalah mengubah MAC Address anda, dan lakukan koneksi kembali.
Lalu bagaimana bila akses Wireless dibuat dengan proteksi yang lain ? Seperti WEP Keys dan WPA/WPA2 Keys ? Itu akan saya bahas lain kali
Happy Free Surfing !

CARA BOBOL PASSWORD ADMIN


Cara bobol password adminstrator

Kamu pernah lupa akan password administrator kamu, atau pengen ngebuka komputer orang yang komputernya terdapat password kita tidak tahu apa passwordnya [harusnya minta ijin dulu ya..,
biar sopan :-) ]. berlaku untuk windows XP.
dari pengalaman saya banyak sekali software yang dapat dipakai untuk melakukan ini,
loophtcrack, john the ripper, dll. tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membaca file passwordnya, maka saya sarankan untuk memakai SAMINSIDE,  yang menerapkan teknik rainbow [ tidak tau apa itu rainbow :-P ].
cara ini tidak mereset atau mengubah password administrator aslinya, tidak seperti yang
dilakukan dengan "PNORDAHL"

Alat/software yang kita gunakan :
+++++++++++++++++++++++++++++++++
1. Live CD Linux [knoppix, kuliax, dll yang sudah support Sata], yang belum punya Linux Live CD bisa di download di Kambing.ui.edu atau NTFS READER yang  memiliki tampilan DOS support IDE [ belum menemukan yang support SATA ].
2. Flash disk / Disket
3. Komputer Target
4. Komputer Untuk menjalankan Saminside.
5. Program SAMINSIDE

Langkah-langkahnya sebagai berikut:
+++++++++++++++++++++++++++++++++++
[assumsikan kita menggunakan Linux Live CD]

1. Hidupkan Komputer target dan setting Bios, set booting pertama dari CD-rom, simpan perubahan settingan.

2. Masukkan CD Linux dan restart, dan masuk ke lingkungan Linux.

3. Colokkan Flasdisk, akan terbaca sebagai sda1.

4. Mount Drive C:, biasanya bernama "hda1".

5. Masuk ke folder hda1\Windows\System32\config

6. Copy file SAM [ bukan sam.log] dan System [bukan system.log atau system.sav].
7. Paste ke flashdisk [sda1].

8. matikan komputer target

9. ambil CD, dan cabut flashdisk.

10. Colokkan Flashdisk ke komputer yang ada SamInside nya.

11. Buka SamInside, Screenshoot nya seperti dibawah ini.
12. Dari program SamInside klik File>Import from SAM and SYSTEM registry files
buka file sam dan System yang ada di flashdisk.

13. Maka akan telihat user yang aktif, kemudian jalankan Dictionary Attack atau Brute Force Attack. bisa juga dengan mask attack jika kita sudah tahu beberapa character dari passwordnya password terlalu panjang atau password terlalu panjang dan mencoba menebak character yang belum muncul .

Demikian Tutorial saya tulis, semoga bisa digunakan dengan bijak